Sinopsis:
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. ‘Wahai
wanita tua, mana anak itu? Aku sudah tidak tahan untuk menyantapnya’, teriak si
Raksasa. Kemudian mbok Sarni menjawab, ‘Janganlah kau ambil anakku ini wahai
raksasa, karena aku sangat sayang padanya. Lebih baik aku saja yang kamu santap’.
Raksasa tidak mau menerima tawaran dari mbok Sarni itu, dan akhirnya marah
besar. ‘Mana anak itu? Mana timun emas?’, teriak si raksasa. Karena tidak tega
melihat mbok Sarni menangis terus, maka timun emas keluar dari tempat
sembunyinya. ‘Aku di sini raksasa, tangkaplah aku jika kau bisa!!!’, teriak
timun emas.
Cerita:
Di suatu desa hiduplah seorang janda
tua yang bernama mbok Sarni. Tiap hari dia menghabiskan waktunya sendirian,
karena mbok Sarni tidak memiliki seorang anak. Sebenarnya dia ingin sekali
mempunyai anak, agar bisa membantunya bekerja.
Pada suatu sore pergilah mbok Sarni
ke hutan untuk mencari kayu, dan ditengah jalan mbok Sarni bertemu dengan
raksasa yang sangat besar sekali. “Hei, mau kemana kamu?”, tanya si Raksasa.
“Aku hanya mau mengumpulkan kayu bakar, jadi ijinkanlah aku lewat”, jawab mbok
Sarni. “Hahahaha.... kamu boleh lewat setelah kamu memberiku seorang anak
manusia untuk aku santap”, kata si Raksasa. Lalu mbok Sarni menjawab, “Tetapi
aku tidak mempunyai anak”.
Setelah mbok Sarni mengatakan bahwa dia tidak punya anak dan ingin sekali punya
anak, maka si Raksasa memberinya biji mentimun. Raksasa itu berkata, “Wahai
wanita tua, ini aku berikan kamu biji mentimun. Tanamlah biji ini di halaman
rumahmu, dan setelah dua minggu kamu akan mendapatkan seorang anak. Tetapi
ingat, serahkan anak itu padaku setelah usianya enam tahun”.
Setelah dua minggu, mentimun itu nampak berbuah sangat lebat dan ada salah satu
mentimun yang cukup besar. Mbok Sarni kemudian mengambilnya , dan setelah
dibelah ternyata isinya adalah seorang bayi yang sangat cantik jelita. Bayi itu
kemudian diberi nama timun emas.
Semakin hari timun emas semakin tumbuh besar, dan mbok Sarni sangat gembira
sekali karena rumahnya tidak sepi lagi. Semua pekerjaannya bisa selesai dengan
cepat karena bantuan timun emas.
Akhirnya pada suatu hari datanglah si Raksasa untuk menagih janji. Mbok Sarni
sangat ketakutan, dan tidak mau kehilangan timun emas. Kemudian mbok Sarni
berkata, “Wahai raksasa, datanglah kesini dua tahun lagi. Semakin dewasa anak
ini, maka semakin enak untuk di santap”. Si Raksasa pun setuju dan meninggalkan
rumah mbok Sarni.
Waktu dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena itu tiap hari mbok Sarni
mencari akal bagaimana caranya supaya anaknya tidak dibawa si Raksasa. Hati
mbok Sarni sangat cemas sekali, dan akhirnya pada suatu malam mbok Sarni
bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia diberitahu agar timun emas menemui petapa di
Gunung.
Pagi harinya mbok Sarni menyuruh timun emas untuk segera menemui petapa itu.
Setelah bertemu dengan petapa, timun emas kemudian bercerita tentang maksud
kedatangannya. Sang petapa kemudian memberinya empat buah bungkusan kecil yang
isinya biji mentimun, jarum, garam, dan terasi. “Lemparkan satu per satu
bungkusan ini, kalau kamu dikejar oleh raksasa itu”, perintah petapa. Kemudian
timun emas pulang ke rumah, dan langsung menyimpan bungkusan dari sang petapa.
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. “Wahai wanita tua, mana anak
itu? Aku sudah tidak tahan untuk menyantapnya”, teriak si Raksasa. Kemudian
mbok Sarni menjawab, “Janganlah kau ambil anakku ini wahai raksasa, karena aku
sangat sayang padanya. Lebih baik aku saja yang kamu santap”. Raksasa tidak mau
menerima tawaran dari mbok Sarni itu, dan akhirnya marah besar. “Mana anak itu?
Mana timun emas?”, teriak si raksasa. Karena tidak tega melihat mbok Sarni
menangis terus, maka timun emas keluar dari tempat sembunyinya. “Aku di sini
raksasa, tangkaplah aku jika kau bisa!!!”, teriak timun emas. Raksasapun
mengejarnya, dan timun emas mulai melemparkan kantong yang berisi mentimun.
Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasa pun
menjadi terhambat, karena batang timun tersebut terus melilit tubuhnya. Tetapi
akhirnya si raksasa berhasil bebas juga, dan mulai mngejar timun emas lagi.
Lalu timun emas menaburkan kantong kedua yang berisi jarum, dalam sekejap
tumbuhlan pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang
berdarah-darah karena tertancap bambu tersebut si raksasa terus mengejar.
Kemudian timun emas membuka bingkisan ketiga yang berisi garam. Seketika itu
hutanpun menjadi lautan luas. Tetapi lautan itu dengan mudah dilalui si
raksasa. Yang terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika itu
terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, dan si raksasa tercebur di dalamnya.
Akhirnya raksasapun mati.
Timun Emas mengucap syukur kepada Tuhan YME, karena sudah
diselamatkan dari raksasa yang kejam. Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sarni hidup
bahagia dan damai.
Amanat:
Setiap
mengambil keputusan harus dipikirkan dahulu dampak yang akan terjadi, dan
setiap masalah pasti ada jalan keluarnya juga setiap kesabaran pasti akan
membuahkan hasil yang baik.